Thursday, February 15, 2018

MENDIDIK ANAK DENGAN KEKUATAN FITRAH

MENDIDIK ANAK DENGAN KEKUATAN FITRAH

Saat saya melahirkan anak pertama, saya sedang berada di tahun terakhir pendidikan master saya. Menulis tesis sambil ngasuh bayi anak pertama memang tidak mudah. Apalagi kalau jadwal bimbingan, "terpaksa" ninggalin bayi di rumah dengan tetap pendampingan ibu. Yang paling diingat ibu saya bilang "kalau bayimu nangis saat kau tinggal itu berarti itu normal dan wajar, Bismilah berangkatlah". Ingat lagi juga sepenggal dialog dengan seorang "aktivis", pesan beliau" ada saatnya instinct keibuan diturunkan sedikit saat kamu membutuhkan waktumu untuk panggilan sharing, kajian keilmuan yang kamu butuhkan, merawat orangtua dan bisa jadi kebutuhan syar'i lain". Belakangan saya menterjemahkan bahwa maksud ibu saya, ibu yang baik bukan berarti tidak pernah meninggalkan anaknya sama sekali, kalau dia menangis saat saya tinggal, berarti selama ini dia merasa baik dan nyaman dalam dekapan saya. Juga pesan untuk menurunkan kadar mother instinct saya rumuskan menjadi jangan pernah membenturkan antara 2 kepentingan yang keduanya tidak perlu dibenturkan. Saya hanya perlu menjawab pertanyaan saya dengan yakin, bila saya harus meninggalkan anak di rumah, apa tujuan saya sebenarnya? apakah itu bermanfaat bagi saya dan keluarga dan khususnya untuk anak itu sendiri?. Jawabannya mesti jelas bermanfaat, diiringi dengan perencanaan dan manajemen meninggalkan anak dengan baik.

Sejak itu saya semakin mantap tetap menjadi ibu terbaik buat anak-anak dan menjadi dosen. Lalu  mencari beasiswa studi lanjut sambil tetap membersamai anak-anak. Tujuan negara untuk studi lanjutpun dirancang untuk memberikan nilai tambah wawasan dan pengalaman pada keluarga saya. Studi lanjut bukan ambisi semata, tapi jalan untuk menunjuki dunia bagi anak-anak saya dan keluarga. Saya menyadari bahwa saya adalah sumber belajar pertama, role model utama, dan inspirasi awal untuk anak-anak saya. Maka dengan langkah melanjutkan studi keperawatan dan serius menekuninya, saya harapkan menjadi contoh dan inspirasi bagi anak-anak. Ini penuh resiko sih sebenarnya, apalagi saya harus sungguh-sungguh dan konsisten. Doa saya, saat saya mencanangkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, maka Allah menolong memudahkan.

Saat ini, Ya Allah saya sangat bersyukur bahwa ada kesempatan untuk menuliskan kembali apa yang saya inginkan, apa yang harus saya perbaiki, dan saya akan terus lakukan perbaikan itu.

Setelah 2 minggu memperbaiki diri saja saya merasa lebih di sayang suami, merasa lebih terarah. Semoga tahun ini menjadi tahun yang lebih baik dalam menjalani tugas sebagai istri, sebagai ibu dan sebagai mahasiswa s3. Tahun ini harus benar2 menjadi tahun me
nyelesaikan tugas publikasi. Tahun depan harus sudah lulus s3. 2 tahun kedepan semoga bisa menjadi dosen yang baik, sambil terus menanam benih kebaikan mengembangkan yayasan Generasi Mulia yang sudah saya dan suami lahirkan sebelum kami tinggal ke Austria.

Tahun ini terus mengerjakan tugas PhD dan konsisten belajar cara2 menjadi ibu terbaik bagi anak2. Tahun depan akan terus fokus di keperawatan dan ibu profesional.
2 tahun kedepan masih mau fokus di keperawatan dan ibu profesional. Semoga yang Maha Besar memberikan kekuatan pada saya. aamiin.


#NHW4
#MATRIKULASI BATCH 5


No comments:

Bunda produktif

 Ini dia jurnal menelisik passion pekan pertamaku... Gambar Passion Canvas