BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR
Memahami apa yang kita yang mau, potensi dan kelemahan yang kita miliki menjadi dasar untuk pengembangan metode belajar bagi diri kita sendiri. Kuatkan terus potensi positif, kurangi kekurangannya atau paling tidak selalu waspada dan mengantisipasi akibat "negatif" kekurangan kita.
Pekan lalu saya dan si sulung baru menilik kembali learning style kami berdua. Saya yang kombinasi antara moving dan audio, sedangkan dia yang memiliki keempat learning style (audio, touch, visual and moving) secara seimbang sempurna.
Belajar sepanjang hayat itu fun! ini doktrin dan penyemangat saya.
Saat belajar, beberapa yang applicable untuk saya :
1. Orientasi pada goal yang ajeg, baik goal akhir maupun goal/tujuan belajar antara. Untuk goal harian harus benar-benar nyantol dengan goal antara, 3 goal harian adalah maximal untuk satu hari.
2. Memberikan ruang untuk tetap fun, asyik dan seru, tetap sih kayak jaman dulu kuliah gitu.
menyendiri di kampus, di perpustakaan.
Kalau di rumah, waktu belajar utama adalah berada di prime time. Me time adalah my learning comfort time. Jam 01 dini hari ke bawah sampe subuh adalah prime time saya.
3. Sebagai ibu 4 anak, sesekali boleh buat acara belajar bersama anak-anak, terangkan terlebih dahulu bahwa ada yang harus ibu selesaikan, ibu perlu konsen, jadi kita belajar bersama.
Belajar bagi saya saat ini masih identik dengan ditemani cappucino panas plus jeruk mandarin, ah ini kombinasi yang paling ideal.
4. Sebelum menuangkan ide, atau setelah menemukan benang merah materi, buat coret-coretan/skeleton terasa lebih membantu.
5. Belajar tidak hanya dari buku/artikel jurnal, tp juga dari video atau podcast.
6. Belajar simultan antara teori dan praktik, buat waktu khusus untuk evaluasi, crosscek dengan kriteria hasil yang seharusnya dicapai. Lalu belajar memperbaiki dan praktik terus.
7. Mematikan sementara socmed fsaat belajar. ini yg sy masih blm konsisten, masih hrs dikuatkn azzamnya u deep work nih.
Semoga menuliskannya menjadi pemicu menjadi pembelajar yang lebih baik lagi.aamiin.
#NHW5
#Belajar bagaimana caranya belajar
Thursday, February 22, 2018
Wednesday, February 21, 2018
Mencintai Zat yang Paling mencintai diri kita
Mencintai Zat yang PALING mencintai diri kita
Sejak mengkonsistenkan program makan Ind*mie hanya tanggal 17 setiap bulannya, maka tanggal 17 selalu dinanti ala-ala selebrasi nasionalisme kebangsaan. No punggung 3 (usia 5 tahun) 3 hari yang lalu berceloteh " Kita minta terus-terus ke Allah tanggal 17 aja ya, supaya bisa makan in**mie. Padahal baru 3 hari sebelumnya kita merayakan hari mie instant kita.
Tersentak, teringatkan bahwa Allah lah tempat meminta apapun yang kita inginkan. Berapa banyak dan kapan memintanya? ya terus-terus..seperti kata-kata si kecil. “Dan apabila bamba-bamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 186.
Bila kita mendekat kepadaNya dengan berjalan, maka Allah akan berlari. Bahkan DIA lebih dekat daripada urat nadi kita sendiri. "Dan DIA bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan"(Q.S. Al Hadid [57]: 4).
Pekerjaan besar seorang ibu menumbuhkan, menjaga dan memupuk kecintaan dan orientasi ilahiyah pada diri anaknya berjalan sejak bayi dilahirkan. Dan DIA yang layak kita cintai dan orientasi cinta kita, tempat mengadu dan meminta. Semoga senantiasa terjaga cinta kepadaNYA dan kami jadikan kunci arah tujuan hidup kami.
Sejak mengkonsistenkan program makan Ind*mie hanya tanggal 17 setiap bulannya, maka tanggal 17 selalu dinanti ala-ala selebrasi nasionalisme kebangsaan. No punggung 3 (usia 5 tahun) 3 hari yang lalu berceloteh " Kita minta terus-terus ke Allah tanggal 17 aja ya, supaya bisa makan in**mie. Padahal baru 3 hari sebelumnya kita merayakan hari mie instant kita.
Tersentak, teringatkan bahwa Allah lah tempat meminta apapun yang kita inginkan. Berapa banyak dan kapan memintanya? ya terus-terus..seperti kata-kata si kecil. “Dan apabila bamba-bamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 186.
Bila kita mendekat kepadaNya dengan berjalan, maka Allah akan berlari. Bahkan DIA lebih dekat daripada urat nadi kita sendiri. "Dan DIA bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan"(Q.S. Al Hadid [57]: 4).
Pekerjaan besar seorang ibu menumbuhkan, menjaga dan memupuk kecintaan dan orientasi ilahiyah pada diri anaknya berjalan sejak bayi dilahirkan. Dan DIA yang layak kita cintai dan orientasi cinta kita, tempat mengadu dan meminta. Semoga senantiasa terjaga cinta kepadaNYA dan kami jadikan kunci arah tujuan hidup kami.
Thursday, February 15, 2018
MENDIDIK ANAK DENGAN KEKUATAN FITRAH
MENDIDIK ANAK DENGAN KEKUATAN FITRAH
Saat saya melahirkan anak pertama, saya sedang berada di tahun terakhir pendidikan master saya. Menulis tesis sambil ngasuh bayi anak pertama memang tidak mudah. Apalagi kalau jadwal bimbingan, "terpaksa" ninggalin bayi di rumah dengan tetap pendampingan ibu. Yang paling diingat ibu saya bilang "kalau bayimu nangis saat kau tinggal itu berarti itu normal dan wajar, Bismilah berangkatlah". Ingat lagi juga sepenggal dialog dengan seorang "aktivis", pesan beliau" ada saatnya instinct keibuan diturunkan sedikit saat kamu membutuhkan waktumu untuk panggilan sharing, kajian keilmuan yang kamu butuhkan, merawat orangtua dan bisa jadi kebutuhan syar'i lain". Belakangan saya menterjemahkan bahwa maksud ibu saya, ibu yang baik bukan berarti tidak pernah meninggalkan anaknya sama sekali, kalau dia menangis saat saya tinggal, berarti selama ini dia merasa baik dan nyaman dalam dekapan saya. Juga pesan untuk menurunkan kadar mother instinct saya rumuskan menjadi jangan pernah membenturkan antara 2 kepentingan yang keduanya tidak perlu dibenturkan. Saya hanya perlu menjawab pertanyaan saya dengan yakin, bila saya harus meninggalkan anak di rumah, apa tujuan saya sebenarnya? apakah itu bermanfaat bagi saya dan keluarga dan khususnya untuk anak itu sendiri?. Jawabannya mesti jelas bermanfaat, diiringi dengan perencanaan dan manajemen meninggalkan anak dengan baik.
Sejak itu saya semakin mantap tetap menjadi ibu terbaik buat anak-anak dan menjadi dosen. Lalu mencari beasiswa studi lanjut sambil tetap membersamai anak-anak. Tujuan negara untuk studi lanjutpun dirancang untuk memberikan nilai tambah wawasan dan pengalaman pada keluarga saya. Studi lanjut bukan ambisi semata, tapi jalan untuk menunjuki dunia bagi anak-anak saya dan keluarga. Saya menyadari bahwa saya adalah sumber belajar pertama, role model utama, dan inspirasi awal untuk anak-anak saya. Maka dengan langkah melanjutkan studi keperawatan dan serius menekuninya, saya harapkan menjadi contoh dan inspirasi bagi anak-anak. Ini penuh resiko sih sebenarnya, apalagi saya harus sungguh-sungguh dan konsisten. Doa saya, saat saya mencanangkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, maka Allah menolong memudahkan.
Saat ini, Ya Allah saya sangat bersyukur bahwa ada kesempatan untuk menuliskan kembali apa yang saya inginkan, apa yang harus saya perbaiki, dan saya akan terus lakukan perbaikan itu.
Setelah 2 minggu memperbaiki diri saja saya merasa lebih di sayang suami, merasa lebih terarah. Semoga tahun ini menjadi tahun yang lebih baik dalam menjalani tugas sebagai istri, sebagai ibu dan sebagai mahasiswa s3. Tahun ini harus benar2 menjadi tahun me
nyelesaikan tugas publikasi. Tahun depan harus sudah lulus s3. 2 tahun kedepan semoga bisa menjadi dosen yang baik, sambil terus menanam benih kebaikan mengembangkan yayasan Generasi Mulia yang sudah saya dan suami lahirkan sebelum kami tinggal ke Austria.
Tahun ini terus mengerjakan tugas PhD dan konsisten belajar cara2 menjadi ibu terbaik bagi anak2. Tahun depan akan terus fokus di keperawatan dan ibu profesional.
2 tahun kedepan masih mau fokus di keperawatan dan ibu profesional. Semoga yang Maha Besar memberikan kekuatan pada saya. aamiin.
Saat saya melahirkan anak pertama, saya sedang berada di tahun terakhir pendidikan master saya. Menulis tesis sambil ngasuh bayi anak pertama memang tidak mudah. Apalagi kalau jadwal bimbingan, "terpaksa" ninggalin bayi di rumah dengan tetap pendampingan ibu. Yang paling diingat ibu saya bilang "kalau bayimu nangis saat kau tinggal itu berarti itu normal dan wajar, Bismilah berangkatlah". Ingat lagi juga sepenggal dialog dengan seorang "aktivis", pesan beliau" ada saatnya instinct keibuan diturunkan sedikit saat kamu membutuhkan waktumu untuk panggilan sharing, kajian keilmuan yang kamu butuhkan, merawat orangtua dan bisa jadi kebutuhan syar'i lain". Belakangan saya menterjemahkan bahwa maksud ibu saya, ibu yang baik bukan berarti tidak pernah meninggalkan anaknya sama sekali, kalau dia menangis saat saya tinggal, berarti selama ini dia merasa baik dan nyaman dalam dekapan saya. Juga pesan untuk menurunkan kadar mother instinct saya rumuskan menjadi jangan pernah membenturkan antara 2 kepentingan yang keduanya tidak perlu dibenturkan. Saya hanya perlu menjawab pertanyaan saya dengan yakin, bila saya harus meninggalkan anak di rumah, apa tujuan saya sebenarnya? apakah itu bermanfaat bagi saya dan keluarga dan khususnya untuk anak itu sendiri?. Jawabannya mesti jelas bermanfaat, diiringi dengan perencanaan dan manajemen meninggalkan anak dengan baik.
Sejak itu saya semakin mantap tetap menjadi ibu terbaik buat anak-anak dan menjadi dosen. Lalu mencari beasiswa studi lanjut sambil tetap membersamai anak-anak. Tujuan negara untuk studi lanjutpun dirancang untuk memberikan nilai tambah wawasan dan pengalaman pada keluarga saya. Studi lanjut bukan ambisi semata, tapi jalan untuk menunjuki dunia bagi anak-anak saya dan keluarga. Saya menyadari bahwa saya adalah sumber belajar pertama, role model utama, dan inspirasi awal untuk anak-anak saya. Maka dengan langkah melanjutkan studi keperawatan dan serius menekuninya, saya harapkan menjadi contoh dan inspirasi bagi anak-anak. Ini penuh resiko sih sebenarnya, apalagi saya harus sungguh-sungguh dan konsisten. Doa saya, saat saya mencanangkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, maka Allah menolong memudahkan.
Saat ini, Ya Allah saya sangat bersyukur bahwa ada kesempatan untuk menuliskan kembali apa yang saya inginkan, apa yang harus saya perbaiki, dan saya akan terus lakukan perbaikan itu.
Setelah 2 minggu memperbaiki diri saja saya merasa lebih di sayang suami, merasa lebih terarah. Semoga tahun ini menjadi tahun yang lebih baik dalam menjalani tugas sebagai istri, sebagai ibu dan sebagai mahasiswa s3. Tahun ini harus benar2 menjadi tahun me
nyelesaikan tugas publikasi. Tahun depan harus sudah lulus s3. 2 tahun kedepan semoga bisa menjadi dosen yang baik, sambil terus menanam benih kebaikan mengembangkan yayasan Generasi Mulia yang sudah saya dan suami lahirkan sebelum kami tinggal ke Austria.
Tahun ini terus mengerjakan tugas PhD dan konsisten belajar cara2 menjadi ibu terbaik bagi anak2. Tahun depan akan terus fokus di keperawatan dan ibu profesional.
2 tahun kedepan masih mau fokus di keperawatan dan ibu profesional. Semoga yang Maha Besar memberikan kekuatan pada saya. aamiin.
#NHW4
#MATRIKULASI BATCH 5
#MATRIKULASI BATCH 5
Wednesday, February 14, 2018
Memahami kadar kepercayaan diri kita kepada pasangan
Memahami kadar kepercayaan diri kita kepada pasangan
Ketika memulai langkah bersama pasangan hidup kita yang notabene kita sendiri "gelap" tentang nya, maka satu yang ada di depan mata adalah bergeraknya dia di samping kita. Perilaku, kata dan cara mengambil keputusan yang berbeda dengan kita sendiri, sesekali perilaku itu menjengkelkan kita, sesekali juga perilakunya menyenangkan tak terhingga tak terduga.
Salah satu pegangan obat hati adalah bahwa belum tentu yang kita anggap baik, itu baik untuk kita. Yang buruk menurut kita belum tentu itu buruk untuk kita. Dari sini saya belajar untuk percaya pada pasangan. Dia yang berbeda, ga bisa seratus persen saya fahami. Setiap saat bisa seperti itukah? atau suatu saat ada "pemberontakan" yang meletup karena momen keterbatasan yang dia miliki? yang kedua itu pastinya. Namun, kesadaran bahwa kita berdua adalah manusia biasa, membalikkan pemberontakan menjadi pemahaman. Apalagi kalau sadarnya cepat kembali akibat berontak Allah uji dengan musibah. Agar produktif, saat kita mendapat musibah maka segera mohon ampun padaNya, kemungkinan besar musibahnya akibat dosa yang kita perbuat. Kalau orang lain yang mendapat musibah, berfikirlah bahwa Allah hendak menaikkan derajatnya.
Perselisihan diiringi pemberontakan sering saya alami diikuti dengan kacau balaunya fikiran, tidak konsen, anak-anak menjadi rusuh, akhirnya rumah berantakan, acara-acara yang baik terlewatkan bahkan poin-poin target harian tidak tercapai. Merasa rugi banget, dan bangun untuk menghentikannya. Walau tidak mudah setiap niat baik yang diperbaharui terus menerus akan membuahkan hasil. Ini tahap awal yang menurut saya penting, STOP berontak, keep calm.
Dosa yang dihindarkan, mendekat pada Yang Maha Menguasai, berusaha banyak memberi daripada menuntut dan memanjangkan sabar ternyata indah. Bahkan akhirnya membawa pada titik-titik kepercayaan yang lebih banyak lagi tersusun. Kepercayaan akan menumbuhkan energi positif untuk kita dan pasangan. Sesekali kalau ga paham banget apa maksudnya melakukan sesuatu, tetap buka ruang untuk klarifikasi dan diskusi.
Kadar kepercayaan pada pasangan yang tumbuh dengan baik di hati kita, akan mengantarkan kita pada rumahku syurgaku. Bukankah ini yang kita cari?
Ketika memulai langkah bersama pasangan hidup kita yang notabene kita sendiri "gelap" tentang nya, maka satu yang ada di depan mata adalah bergeraknya dia di samping kita. Perilaku, kata dan cara mengambil keputusan yang berbeda dengan kita sendiri, sesekali perilaku itu menjengkelkan kita, sesekali juga perilakunya menyenangkan tak terhingga tak terduga.
Salah satu pegangan obat hati adalah bahwa belum tentu yang kita anggap baik, itu baik untuk kita. Yang buruk menurut kita belum tentu itu buruk untuk kita. Dari sini saya belajar untuk percaya pada pasangan. Dia yang berbeda, ga bisa seratus persen saya fahami. Setiap saat bisa seperti itukah? atau suatu saat ada "pemberontakan" yang meletup karena momen keterbatasan yang dia miliki? yang kedua itu pastinya. Namun, kesadaran bahwa kita berdua adalah manusia biasa, membalikkan pemberontakan menjadi pemahaman. Apalagi kalau sadarnya cepat kembali akibat berontak Allah uji dengan musibah. Agar produktif, saat kita mendapat musibah maka segera mohon ampun padaNya, kemungkinan besar musibahnya akibat dosa yang kita perbuat. Kalau orang lain yang mendapat musibah, berfikirlah bahwa Allah hendak menaikkan derajatnya.
Perselisihan diiringi pemberontakan sering saya alami diikuti dengan kacau balaunya fikiran, tidak konsen, anak-anak menjadi rusuh, akhirnya rumah berantakan, acara-acara yang baik terlewatkan bahkan poin-poin target harian tidak tercapai. Merasa rugi banget, dan bangun untuk menghentikannya. Walau tidak mudah setiap niat baik yang diperbaharui terus menerus akan membuahkan hasil. Ini tahap awal yang menurut saya penting, STOP berontak, keep calm.
Dosa yang dihindarkan, mendekat pada Yang Maha Menguasai, berusaha banyak memberi daripada menuntut dan memanjangkan sabar ternyata indah. Bahkan akhirnya membawa pada titik-titik kepercayaan yang lebih banyak lagi tersusun. Kepercayaan akan menumbuhkan energi positif untuk kita dan pasangan. Sesekali kalau ga paham banget apa maksudnya melakukan sesuatu, tetap buka ruang untuk klarifikasi dan diskusi.
Kadar kepercayaan pada pasangan yang tumbuh dengan baik di hati kita, akan mengantarkan kita pada rumahku syurgaku. Bukankah ini yang kita cari?
Wednesday, February 7, 2018
MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH
MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH
Rumah kita bayangkan sebagai bangunan tempat kita berteduh, berkumpul dan berkehidupan. Bagaimana dengan rumah lebah dan rumah laba-laba? Rumah/sarang lebah berbentuk heksagonal, tempat membesarkan anak-anak lebah dan tempat menyimpan madu yang menjadi obat yang menyembuhkan bagi manusia (QS. Al Nahl (16): 68-69). Lalu rumah laba-laba? "Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui (QS. Al-Ankabut (29): 41).
Tentang dua rumah binatang diatas termaktub di dalam kitab suci, tak lain sebagai peringatan bagi manusia. Penelusuran saya tentang rumah laba-laba membuat saya bergidig, ternyata mayoritas laba-laba betina memangsa laba-laba jantan setelah proses "kawin". Rumah lebah menghasilkan madu, rumah laba-laba menjadi tempat cannibalism.
Bagi kami membangun rumah yang berkontribusi bagi peradaban adalah serangkaian kumpulan kerja-kerja ibadah, sepanjang Allah berikan waktuNya. Bersama dalam energetic team menggapai rumah yang ber "madu" untuk kemenangan adalah quote penyemangat yang terus akan didengungkan. Energetic team ini motornya adalah pak suami, tapi istri adalah penopangnya, anak-anak ikut bergerak bersama. Empat orang anak kami lekatkan nama belakang yang sama fatchan, melanjutkan semangat mahar surat Al Fath (kemenangan) yang 13 tahun lalu dibacakan. Hal saya dan suami mengendalikan emosi mengasuh no punggung 2 yang cukup "sensitif" saya sebut juga sebagai kemenangan. Kemenangan besar dirajut dari kemenangan-kemenangan "sederhana". Surat cinta saya terakhir yang saya layangkan via whatsapp messenger ya masih seputar kemenangan yang kita dambakan bersama.
Saya yang tidak selalu "the best" meyakini ada pilihan lain dalam mengejar kemenangan, menjadi "the first" atau bisa juga menjadi "the different". 3 posisi itu dan kemenangan itu sendiri bukan tujuan, tapi selalu menjadi penyemangat kerja sungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Saya telah jatuh cinta pada dunia keperawatan dan pengajaran pada awalnya, bersuami dan memiliki anak membuat saya semakin tahu arti merawat yang sesungguhnya. Kalau sampai saat ini saya diridhoi oleh suami untuk sedikit berkontribusi pada keperawatan, sambil terus berperan merawat cinta keluarga, menjadi istri dan ibu, maka saya syukuri. Anak-anak tumbuh dan mensupport saya menjalankan peran-peran saya, sesekali mengerjakannya dengan bersamaan, contohnya bawa anak ke kampus untuk mengajar bukan halangan. Syukur Alhamdulillah.
Bersyukur memiliki keluarga lengkap di negeri rantau dengan beasiswa yang nge-pas. Bersyukur karena keluarga besar sangat mensupport. Bersyukur punya teman2 di "darat" yang sedikit (bisa dihitung dengan jari) tapi baik-baik. Bersyukur karena ternyata ada teman2 yang tidak bertemu darat tapi tidak kalah luar biasa menceriakan dan menyemangati, salah satunya adalah bertemu dengan komunitas ibu profesional.
Bersyukur berarti menyadari bahwa apa yang kita raih adalah kehendakNya, lalu tidak berhenti dengan puas tapi melompat lebih lagi. Melompat menghadapi tantangan-tantangan yang ada, karena bersama perjuangan selalu ada onak duri, ujian, dan kesulitan. Melompat menghadapi keterbatasan diri sendiri saya rasakan paling berat, lebih disiplin waktu dan lebih sabar diantaranya. Bersama tantangan selalu ada kemudahan insya Allah.
Diri saya dan suami bertumbuh dari lingkungan keluarga saya dan suami yang alhamdulillah baik, lalu tempat tinggal kami di Indonesia dan di Austria secara umum juga lingkungan yang baik. Lingkungan virtual kami juga dipertemukan dengan yang baik. Semoga sambil terus memperbaiki diri sendiri dan berperan lebih baik di keluarga, maka Allah menghantarkan keluarga kami menggapai kemenangan-kemenangan yang kami persembahkan bagi lingkungan kami pula. Aamiin.
#NHW3
#Ibuprofesional
#Matrikulasi batch 5
Rumah kita bayangkan sebagai bangunan tempat kita berteduh, berkumpul dan berkehidupan. Bagaimana dengan rumah lebah dan rumah laba-laba? Rumah/sarang lebah berbentuk heksagonal, tempat membesarkan anak-anak lebah dan tempat menyimpan madu yang menjadi obat yang menyembuhkan bagi manusia (QS. Al Nahl (16): 68-69). Lalu rumah laba-laba? "Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui (QS. Al-Ankabut (29): 41).
Tentang dua rumah binatang diatas termaktub di dalam kitab suci, tak lain sebagai peringatan bagi manusia. Penelusuran saya tentang rumah laba-laba membuat saya bergidig, ternyata mayoritas laba-laba betina memangsa laba-laba jantan setelah proses "kawin". Rumah lebah menghasilkan madu, rumah laba-laba menjadi tempat cannibalism.
Bagi kami membangun rumah yang berkontribusi bagi peradaban adalah serangkaian kumpulan kerja-kerja ibadah, sepanjang Allah berikan waktuNya. Bersama dalam energetic team menggapai rumah yang ber "madu" untuk kemenangan adalah quote penyemangat yang terus akan didengungkan. Energetic team ini motornya adalah pak suami, tapi istri adalah penopangnya, anak-anak ikut bergerak bersama. Empat orang anak kami lekatkan nama belakang yang sama fatchan, melanjutkan semangat mahar surat Al Fath (kemenangan) yang 13 tahun lalu dibacakan. Hal saya dan suami mengendalikan emosi mengasuh no punggung 2 yang cukup "sensitif" saya sebut juga sebagai kemenangan. Kemenangan besar dirajut dari kemenangan-kemenangan "sederhana". Surat cinta saya terakhir yang saya layangkan via whatsapp messenger ya masih seputar kemenangan yang kita dambakan bersama.
Saya yang tidak selalu "the best" meyakini ada pilihan lain dalam mengejar kemenangan, menjadi "the first" atau bisa juga menjadi "the different". 3 posisi itu dan kemenangan itu sendiri bukan tujuan, tapi selalu menjadi penyemangat kerja sungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Saya telah jatuh cinta pada dunia keperawatan dan pengajaran pada awalnya, bersuami dan memiliki anak membuat saya semakin tahu arti merawat yang sesungguhnya. Kalau sampai saat ini saya diridhoi oleh suami untuk sedikit berkontribusi pada keperawatan, sambil terus berperan merawat cinta keluarga, menjadi istri dan ibu, maka saya syukuri. Anak-anak tumbuh dan mensupport saya menjalankan peran-peran saya, sesekali mengerjakannya dengan bersamaan, contohnya bawa anak ke kampus untuk mengajar bukan halangan. Syukur Alhamdulillah.
Bersyukur memiliki keluarga lengkap di negeri rantau dengan beasiswa yang nge-pas. Bersyukur karena keluarga besar sangat mensupport. Bersyukur punya teman2 di "darat" yang sedikit (bisa dihitung dengan jari) tapi baik-baik. Bersyukur karena ternyata ada teman2 yang tidak bertemu darat tapi tidak kalah luar biasa menceriakan dan menyemangati, salah satunya adalah bertemu dengan komunitas ibu profesional.
Bersyukur berarti menyadari bahwa apa yang kita raih adalah kehendakNya, lalu tidak berhenti dengan puas tapi melompat lebih lagi. Melompat menghadapi tantangan-tantangan yang ada, karena bersama perjuangan selalu ada onak duri, ujian, dan kesulitan. Melompat menghadapi keterbatasan diri sendiri saya rasakan paling berat, lebih disiplin waktu dan lebih sabar diantaranya. Bersama tantangan selalu ada kemudahan insya Allah.
Diri saya dan suami bertumbuh dari lingkungan keluarga saya dan suami yang alhamdulillah baik, lalu tempat tinggal kami di Indonesia dan di Austria secara umum juga lingkungan yang baik. Lingkungan virtual kami juga dipertemukan dengan yang baik. Semoga sambil terus memperbaiki diri sendiri dan berperan lebih baik di keluarga, maka Allah menghantarkan keluarga kami menggapai kemenangan-kemenangan yang kami persembahkan bagi lingkungan kami pula. Aamiin.
#NHW3
#Ibuprofesional
#Matrikulasi batch 5
Subscribe to:
Posts (Atom)
Bunda produktif
Ini dia jurnal menelisik passion pekan pertamaku... Gambar Passion Canvas
-
Bismillahirrohmaanirrohiim KINSEY SCALE TEST Sejujurnya Saya baru nih menemukan ada skala tes ini. Saya pun mencoba mengeksplorasinya....
-
Bismillah Pagi hari sebelum kami sholat subuh berjamaah di rumah, saya bercerita tentang Ukasyah sahabat nabi yang hendak meminta pembalasa...
-
Pagi ini topik hangat di rumah kami adalah seputar Graz Marathon. Awal bulan saat menemukan flyer Graz marathon saya menawari anak2 di rumah...