Saat lelah dengan banyak aktivitas fisik dan otak, pilihan saya adalah relaksasi sejenak. Untuk itu saya sering memberi kesempatan anak-anak untuk memijat saya. Ghina, Fira dan Aakif sudah terbiasa dimintai mijet. Bahkan Sabiq sudah mulai ikut-ikutan.
Ahad pagi ini saya memberi kesempatan pada Aakif, saya khusus meminta ke dia. Alhamdulillah tanpa bantahan dia bersedia dan bertanya dimana minyaknya.
"mas dikasih yang banyak ya minyaknya biar terasa panas" ujar saya
Aakif mulai meneteskan minyak ke punggung saya dan dia berusaha mengevaluasi ke saya " udah terasa panas mi?"
Saya menjawab sambil membalikkan kepala " iya sudah mulai terasa panas".
"Ok sekarang yang bagian pinggang mas" pinta saya.
dan diapun sigap mengoles lagi banyak minyak ke bagian pinggang.
"Wah enak banget mantaap mas pijatannya"
"Udah ya mi" serunya beberapa saat kemudian.
"OK deh cukup..Ummi selalu senang banget deh kalau mas Aakif mau pijetin ummi, danke schon"
Sekelumit kisah komunikasi saya diatas sesungguhnya adalah suatu respon bahagia saya memiliki anak-anak yang mau mengasihi ibunya, dan semoga saya akan terus bersyukur dan berbuat terbaik sepanjang perjalanan waktu yang Allah berikan untuk saya. Berbuat baik pada suami dan anak-anak saya yang mereka juga dengan setulus hati berusaha berbuat baik pada saya.
Namun ada kilasan yang sedikit berbeda yang masih saya ingat, sekitar 1.5 tahun yang lalu Aakif tidak selalu diminta untuk memijati saya, bahkan sering dia yang menawarkan diri ke saya. Saat itu saya sedang mengandung adiknya. Selepas Sabiq lahir sangat nyata bahwa dia mulai jarang menawarkan diri untuk memijat, hingga akhirnya saya yang sering mimintanya, atau saya membuat sayembara berhadiah untuk 20 menit memijat kepada anak-anak. Saya hanya berfikir, level empathi aakif itu sudah terasah sekali, mungkin dia berfikir saat dulu perut saya dan penampilan saya secara umum sangatlah butuh bantuannya, termasuk dipijat. Sekarang penampilan saya tidak terlalu "mengenaskan" dimatanya, sehingga bila diminta sesekali dia juga bertanya "emang ummi kenapa kecapekan?" dst.
Oh ya sharing saya tentang kebiasaan melibatkan anak-anak memijat saya ini terinspirasi dari apa yang saya amati pada saya dan adik-adik saya. Saya yang memiliki 6 orang saudara laki-laki melihat diantara ke6 anak laki-laki ibu saya ada 1 anak yang masa kecilnya dalam ingatan saya sangat sering diminta ibu saya untuk memijat. Saya perhatikan karena pada saat dia kecil dulu sering memijat mama saya, maka saat dia menjelang dewasa, masa dia kuliah dan saat ini sudah menikah dia selau terandalkan dalam urusan memijat mama saya. Dia tidak canggung dan kelihatan sangat luwes memperlakukan tangan, kaki, leher ataupun kepala mama saya. Sebenarnya saudara laki-laki saya yang lain juga dekat dan sesekali memijat mama saya. Mereka yang lain memiliki kelebihan energi untuk kegiatan bakti yang lain dan memuliakan mama dengan cara-cara yang berbeda.
#gameslevel1
#day10
#komunikasi produktif
#bundasayang
#IIP
"mas dikasih yang banyak ya minyaknya biar terasa panas" ujar saya
Aakif mulai meneteskan minyak ke punggung saya dan dia berusaha mengevaluasi ke saya " udah terasa panas mi?"
Saya menjawab sambil membalikkan kepala " iya sudah mulai terasa panas".
"Ok sekarang yang bagian pinggang mas" pinta saya.
dan diapun sigap mengoles lagi banyak minyak ke bagian pinggang.
"Wah enak banget mantaap mas pijatannya"
"Udah ya mi" serunya beberapa saat kemudian.
"OK deh cukup..Ummi selalu senang banget deh kalau mas Aakif mau pijetin ummi, danke schon"
Sekelumit kisah komunikasi saya diatas sesungguhnya adalah suatu respon bahagia saya memiliki anak-anak yang mau mengasihi ibunya, dan semoga saya akan terus bersyukur dan berbuat terbaik sepanjang perjalanan waktu yang Allah berikan untuk saya. Berbuat baik pada suami dan anak-anak saya yang mereka juga dengan setulus hati berusaha berbuat baik pada saya.
Namun ada kilasan yang sedikit berbeda yang masih saya ingat, sekitar 1.5 tahun yang lalu Aakif tidak selalu diminta untuk memijati saya, bahkan sering dia yang menawarkan diri ke saya. Saat itu saya sedang mengandung adiknya. Selepas Sabiq lahir sangat nyata bahwa dia mulai jarang menawarkan diri untuk memijat, hingga akhirnya saya yang sering mimintanya, atau saya membuat sayembara berhadiah untuk 20 menit memijat kepada anak-anak. Saya hanya berfikir, level empathi aakif itu sudah terasah sekali, mungkin dia berfikir saat dulu perut saya dan penampilan saya secara umum sangatlah butuh bantuannya, termasuk dipijat. Sekarang penampilan saya tidak terlalu "mengenaskan" dimatanya, sehingga bila diminta sesekali dia juga bertanya "emang ummi kenapa kecapekan?" dst.
Oh ya sharing saya tentang kebiasaan melibatkan anak-anak memijat saya ini terinspirasi dari apa yang saya amati pada saya dan adik-adik saya. Saya yang memiliki 6 orang saudara laki-laki melihat diantara ke6 anak laki-laki ibu saya ada 1 anak yang masa kecilnya dalam ingatan saya sangat sering diminta ibu saya untuk memijat. Saya perhatikan karena pada saat dia kecil dulu sering memijat mama saya, maka saat dia menjelang dewasa, masa dia kuliah dan saat ini sudah menikah dia selau terandalkan dalam urusan memijat mama saya. Dia tidak canggung dan kelihatan sangat luwes memperlakukan tangan, kaki, leher ataupun kepala mama saya. Sebenarnya saudara laki-laki saya yang lain juga dekat dan sesekali memijat mama saya. Mereka yang lain memiliki kelebihan energi untuk kegiatan bakti yang lain dan memuliakan mama dengan cara-cara yang berbeda.
#gameslevel1
#day10
#komunikasi produktif
#bundasayang
#IIP
No comments:
Post a Comment