Penyampaian pemikiran yang manis dan beradab.
Era Millenial membawa dampak pada banyaknya saluran informasi dan komunikasi. Komunikasi digital pun berkembang sangat luas dan beraneka sarana, mulai dari email dan social media lainnya. Tulisan saya kali ini ingin memfokuskan pada bagaimana ide, gagasan ataupun saran tersampaikan kepada penerima pesan secara efektif, menyenangkan, dan memenuhi kaidah adab-adab seorang muslim. Dan satu hal penekanan pada menjaga adab di saluran digital.
Nah kita awali dengan bagaimana unsur dasar penyampaikan buah fikir kita?
Apa Yang Kita sampaikan harus berbasis nalar. Adakah ruang bagi emosi dan perasaan Kita pada Saat penyampaian buah fikir? tentu ada, namun sebagian besarnya tetaplah nalar Kita.
Pemikiran Kita secara substansial bisa jadi benar, namun dengan penyampaian Yang kurang tepat maka bisa jadi pesan tidak tersampaikan. Contoh paling mudah adalah berkomunikasi dengan anak-anak Kita, perintah untuk mendisiplinkan anak merapihkan mainan misalnya, bisa jadi Salah diterima oleh anak manakala Kita sampaikan dengan Mimik dan gesture Yang tidak tepat. Contoh di Dunia Maya, bila seseorang berharap bantuan dari temannya, namun meminta dengan cara bertubi-tubi melalui pesan WhatsApp misalnya, padahal Yang dimintai tolong sedang dalam kondisi repot mengurus anaknya dan tidak sempat membalas, lalu sang peminta tolong seolah menyalahkan kenapa chatnya tidak direspon, hanya akan membuat Yang akan dimintai tolong berfikir ulang..minta tolong kok nyerang.
Saya sendiri memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan ide saya di Dunia nyata kepada anak-anak. Saya memulai dengan gambar di buku-buku cerita, lalu membawa kisah itu menjadi nasihat. Bisa jadi di buku itu hanya ada gambar kuda. Namun pengembangan ceritanya adalah kuda itu melahirkan, dan kuda menyayangi anaknya. Kalau kuda saja penyayang maka Kita manusia Yang memiliki akal harusnya seperti apa? Kalau kuda menjilati kulit bayi kuda itu bukan karena jorok, itu karena kuda sayang dan kuda adalah binatang. Daan manusia sangatlah berbeda dengan binatang.
Saya juga sering membuat ilustrasi reflektif dan sama-sama berdiskusi untuk menemukan hikmah dan nilai Yang bisa Kita kembangkan untuk pribadi Kita. Dulu ummi punya pembantu bernama bibi X; beliau mendapat gaji senilai.xx..dan itu hampir senilai dengan sepatu Yang dipajang di etalase toko itu.. kira-kira haruskah Kita membeli sepatu senilai gaji bibi bekerja sebulan?
Ketika sama-sama belajar memasak beras, saya minta menghitung berapa banyak biji beras Yang Kita masak? siapa Yang menanam? siapa Yang menghidupkan dan seterusnya...
Mengapa harus ditekankan juga pada komunikasi digital?
..Berkata-kata langsung ataupun melakukan percakapan di media sosial dengan teman, kerabat, tua muda dan siapapun tetaplah melekat adab dan sopan santun. Ucapan kebencian, merendahkan dan menghina, kasar dan mengolok-olok sudah seharusnya tidak memiliki tempat baik di Dunia nyata maupun di Dunia Maya.
Pengalaman merasakan kondisi kurang nyaman ketika tahu bahwa saya mengajukan pertanyaan di sebuah grup whatsapp, dan tiada orang yang menanggapi itu sesuatu sekali rasanya, maka saya merefleksikan sebuah pertanyaan yang seseorang ajukan kepada sekelompok orang di sebuah kelas, dan tidak ada orang yang memberikan jawaban padanya. So bila ada teman anggota WAG menanyakan sesuatu jangan biarkan pertanyaannya berlalu tanpa jawaban, apalagi anda sudah membacanya dan acuh tak acuh.
Tuesday, September 11, 2018
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bunda produktif
Ini dia jurnal menelisik passion pekan pertamaku... Gambar Passion Canvas
-
Bismillahirrohmaanirrohiim KINSEY SCALE TEST Sejujurnya Saya baru nih menemukan ada skala tes ini. Saya pun mencoba mengeksplorasinya....
-
Bismillah Pagi hari sebelum kami sholat subuh berjamaah di rumah, saya bercerita tentang Ukasyah sahabat nabi yang hendak meminta pembalasa...
-
Pagi ini topik hangat di rumah kami adalah seputar Graz Marathon. Awal bulan saat menemukan flyer Graz marathon saya menawari anak2 di rumah...
No comments:
Post a Comment