Celoteh yang mendidik mama
Pagi ini seperti biasa jam 08 pagi bersiap bersama Aakif meninggalkan rumah. Setelah menutup pintu utama apartment sekali kupandang cukup dalam anakku yang ketiga ini. Tujuannya sebenarnya pengecekan akhir kesiapan anakku ke tempatnya belajar, memastikan penampilannya pagi ini. Spontan kukatakan bahwa kamu pagi ini ganteng banget sih..sambil terus melangkah menyusuri jalan Yang biasa kami lalui. Yang dipuji tersenyum sambil menjawab hehe.."ummi juga... cantik", kalau ummi lagi skype sama teman-teman ummi itu lho ummi cantik banget, aku suka kalau ummi pake jilbab yang kuning.
Gantian aku yang senyum-senyum nyengir deh..kok bisa dia menimpali pujiannku lengkap dengan fakta yang terjadi pada beberapa pekan yang lalu. Memang sekira 5-6 minggu yang lalu aku ada skype meeting dengan beberapa teman di hari jumat, saat itu aku memang pakai baju dan jilbab kuning. Saat Aakif mendapatiku di penghujung meeting ku saat itu, dia hanya bergumam "kok ummi pakai jilbab kuning itu". Tak disangka ini adalah bahasa lain dari rasa senangnya melihat umminya "cantik". Dari sini aku mendapat pelajaran bahwa bila kita dapat menghargai diri sendiri, maka orang lain akan mengapresiasi. Saya masih terus berusaha untuk berpakaian rapih dan berdandan secukupnya agar tampil "cantik", saya yang cenderung acuh pada penampilan. Pelajaran lainnya Bila Kita mampu mengapresiasi orang lain maka kita akan menuai apresiasi serupa bila layak diapresiasi. So.. jangan pelit-pelit memuji pada siapapun yang layak dipuji, tentu tidak berlebihan memujinya ya..
Lain waktu aku sedang makan berdua dengan Aakif, saya menawarkan soup sayuran dan ayam Yang barusan saya buat. Dia mengangguk dan saya membantunya untuk mengambil di piring. Saya memintanya mulai makan, sedikit mengelak dia berceloteh "memang dulu eyang uti sering nyuruh makan makanan yang panas ke ummi?" tersentak kok ya bisa menganalogikan suruhan umminya juga terjadi pada umminya di masa kecil. Jadi malu lho saya sama Aakif mamaku dulu tidak memperlakukan aku seperti itu, bahkan aku tersadar kadang aku terlalu terburu-buru dan tidak menghargai "selera" tingkat kehangatan makanan bagi setiap anak. Setelah dialog ini aku menyadari bahwa sudah betul bahwa saya yakin soup itu aman Kadar/tingkat panasnya, tapi bisa jadi selera tingkat kehangatan setiap orang berbeda. Saya harus menghargai itu pada siapapun, termasuk Aakif yang tidak suka makanan hangat, dia suka makanan yang cenderung dingin.
Oh Aakif kamu murid kindergarten yang baru akan berulang tahun ke 6, terimakasih sudah memberi ummi pelajaran dengan celoteh lucumu. Pelajaran dan teguran tidak selalu berbentuk buku dengan sejuta kata, teguran dari aakif bahkan hanya dua tiga kalimat pendek nan sederhana.
Nursis, pemerhati celoteh.
No comments:
Post a Comment