Salah satu yang membuat saya tergaket-kaget dengan sebuah tawaran di awal tahun ini adalah permintaan melakukan review terhadap artikel yang disubmit ke jurnal international. Dulu saat sebelum memulai studi doktoral, saya pernah mencemplungkan diri selama tidak kurang dari 5 tahun pada kegiatan review artikel jurnal berbahasa Indonesia dan penerbitannya. Selama kurun waktu saya belajar dari nol, tidak banyak sumber yang mensupport, berjalan secara mengalir dan bisa dikatakan pekerjaan tambahan diwaktu yang tersisa.
Saya tidak menyesali apa yang telah saya lalui meski bila ditilik secara personal, saya cukup passionate dalam tulis menulis. Satu hal yang saya ingat, di pelajaran bahasa Indonesia semasa sekolah menengah pertama, guru bahasa saya sesekali memuji contoh-contoh kalimat yang saya ajukan, bahkan masa-masa itu saya pernah menyatakan hobi mengarang. Disini saya hanya ingin memberikan contoh, langkah positif saat masa tour the talent pasti memberikan arti yang signifikan pada diri seseorang di kemudian harinya.
Lalu apa yang menarik dengan kegiatan mereview artikel jurnal? Ini seperti membantu penulis lain sambil belajar untuk mawas diri sebagai penulis. Jadi kalau saya saat ini menekuni proses menulis publikasi internasional, maka kemampuan membaca artikel lain menjadi dasarnya, menemukan gap adalah kewajiban seorang penulis, serta memberikan catatan dan kritik membangun pada tulisan orang lain adalah bagian yang bisa dikatakan sangat penting.
Bertemu dengan jalan untuk bisa membantu penulis lain ini sangat menarik, bukankah manusia yang terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya?
Bagaimana awalnya kok bisa diminta untuk mereview? Berawal dari email dari editor jurnal yang mengatakan ada sebuah artikel yang berkaitan dengan topik yang sedang saya geluti dan artikel berasal dari Asia beserta link "scholar one" reviewer dan batasan waktu 2 minggu. Otak saya melakukan pertimbangan atas kebermanfaatan dan keterjangkauan waktu. Sempat meminta pendapat pada kolega senior yang saya duga beliau pernah mendapatkan tawaran serupa, namun ternyata saya salah, beliau belum pernah berkontribusi sebagai reviewer di jurnal internasional. Indahnya, beliau memberikan insight yang sangat pas bagi saya.
Finally saya sampaikan kesediaan diri untuk mereview, proses blind review pertama yang sangat mengesankan, perasaan "dipercaya", khawatir tidak mampu memberikan banyak, khawatir pekerjaan utama menulis terbengkalai, dan perasaan tertantang. Perasaan yang campur aduk ini berujung pada kepuasan..Alhamdulillah.